Etiam placerat
Sistem Reproduksi Hewan
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting. Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh karena itu, perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang disebut reproduksi (Urogenital).
Reproduksi dapat terjadi secara generative atau vegetative. Reproduksi secara vegetative tidak melibatkan proses pembentukan gamet, sedangkan reproduksi generative diawali dengan pembentukan gamet. Di dalam gamet terkandung unit hereditas (faktor yang diturunkan) yang disebut gen. gen berisi sejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada DNA.
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi internal).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina.
B. Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui sistem reproduksi hewan
b. Untuk mengetahui Susunan fungsional organ reproduksi pada hewan
c. Untuk mengetahui spermatogenesis dan oogenesis
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Reproduksi
Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual. Konsep reproduksi aseksual tidak dapat didefenisikan dengan tepat (karena terlalu banyak variasi), tetapi jelas bahwa prses ini tdak berkaitan dengan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara pembelahan, fragmentasi, atau bertunas.
Reproduksi dengan pembelahan sel antara lain terjadi pada protozoa dan amoeba. Apabila proses pembelahan menghasilkan sel anakan yang sama besarnya, proses tersebut dinamakan pembelahan biner. Pembelahan biner merupakan proses yang melibatkan pembelahan kromosom secara mitosis sehingga menghasilkan dua sel anakan yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induk. Apabila sel anakan tidak sama besar, proses pembelahan dapat dinamakan pembagian atau fragmentasi.
Bertunas merupakan proses pembentukan individu baru yabg biasanya dimaksudkan untuk menambah koloni. Dalam hal ini, tunas yang terbentuk berukuran kecil daripada induknya, terletak disamping (lateral), dan dibentuk dari sekelompok sel embrional.
B. Susunan Fungsional Organ Reproduksi pada Hewan
Pada hewan yang masih primitif, jaringan yang menghasilkan sel gamet tersusun menyebar (difus). Jaringan ini terdiri atas sejumlah sel lokus yang berfungsi untuk perbanyakan sel kelamin. Pada hewan yang perkembangannya sudah lebih maju, bentuk dan lokasi gonad sudah lebih jelas, terletak simetris bilateral, dan biasanya merupakan organ berpasangan.
Kadang-kadang salah satu gonad mengalami degenerasi, seperti yang ditemui pada burung betina. Pada hewan ini, ovarium yang berkembang hanya bagian kiri, sedangkan burung jantan tetap memiliki sepasang testis.
Ovarium dan testis merupakan organ penghasil gamet yang terbentuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel khusus, yaitu sel benih primordial, yang terdapat dalam gonad (ovarium atau testis). Gamet ini selanjutnya akan berkembang menjadi sel benih.
C. Spermatogenesis dan Oogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang terjadi dalam testis. Selama proses spermatogenesis, spermatogonia akan berkembang baik dengan cara membelah, menghasilkan spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan akhirnya spermatid.
Spermatogenesis yang terjadi pada vertebrata yang lebih rendah pada dasarnya sama dengan proses yang terjadi pada manusia. Namun diantara kelas vertebrata terdapat perbedaan struktur testis. Testis mamalia, burung, reptile, dan ampibi memperlihatkan komponen tubulus seminiferus berbentuk tubular (saluran/pipa), yang berselang seling dengan sekumpulan sel interstitial. Sementara, testis ampibi dan ikan tersusun atas lobus yang masing–masing mengandung sejumlah besar kista selular. Kista adalah organ berongga yang berisi cairan.
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum), yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi.
D. Sistem Reproduksi Hewan
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
· Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
· Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan
1. Mamalia.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
· Ovipar (Bertelur)
Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil.
· Vivipar (Beranak)
Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui), misalnya kelinci dan kucing.
· Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)
Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
2. Reproduksi Amfibi (Amphibia)
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap. Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
3. Reproduksi Reptil (Reptilia)
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
4. Reproduksi Burung (Aves)
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
5. Reproduksi Mamalia (Mammalia)
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma. Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual.
2. Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang terjadi dalam testis.
3. Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium.
4. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
5. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
6. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan mamalia.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari Dosen Pembimbing Struktur Hewan serta teman-teman sekalian yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
22.04 | Label: Struktur Hewan | 2 Comments
Translokasi Hasil Fotosisntesis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman
atau tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti
sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak
memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan
manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada
beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap
yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang
tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan
tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan
juga floem.
Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan
dikenal dengan translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis
dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang
memerlukannya. Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis
ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis).
Jaringan floem
mengangkut gula sukrosa dan juga asam amino dari organ-organ tumbuhan yang
berwarna hijau, terutama sekali daun, ke bagian-bagian lain dalam tumbuhan.
Berbeda dari xylem, floem memiliki sel-sel yang bernama sieve tube sel, dan
transportasi gula sukrosa dan asam amino dapat dilakukan melalui difusi dan
juga aktif transport dari sel ke sel dalam floem. Oleh karena itu,
makanan-makanan ini dapat menjangkau organ-organ tanaman dalam waktu yang
sangat singkat agar mereka bisa melakukan respirasi dan berkembang.
1.2
Rumusan Masalah
- Pengertian dari translokasi
hasil fotosisntesis
- Anatomi dari floem
- Proses atau mekanisme
translokasi hasil fotosisntesis
- Proses pengisian floem
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari translokasi hasil
fotosisntesis
2.
Untuk mengetahui antomi dari floem
3.
Untuk mengetahui mekanisme dari translokasi hasil
fotosisntesis
4.
Untuk mengetahui proses pengisian floem
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Translokasi Hasil Fotosisntesis
Salah satu jaringan pengangkut pada tumbuhan adalah
pembuluh tapis (floem). Pada prinsipnya floem merupakan jaringan parenkim.
Floem tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda yaitu pembuluh tapis, sel
pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim. Floem merupakan bagian dari kulit
kayu. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis
(sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve
tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan
gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan. Pada tumbuhan tertentu terdapat serabut floem atau serat yang
mengandung lignin. Serabut-serabut ini dapat digunakan sebagai tali dan
tekstil, misalnya rami (Boehmeria nivea), linen (Linum usitatissimum), dan jute
(Corchorus capsularis). Dalam floem terjadi translokasi fotosintat. Translokasi
adalah perpindahan bahan terlarut yang dapat terjadi di seluruh bagian
tumbuhan.
Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan
dikenal dengan translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis
dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang
memerlukannya. Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis
ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis).
Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem
adalah gula, terutama sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung
mineral, asam amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem
yang berjalan satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh floem
dapat berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan
hasil fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya. Satu pembuluh
tapis dalam sebuah berkas pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah
sementara cairan didalam pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir dengan
arah yang berlainan. Untuk masing – masing pembuluh tapis, arah transport hanya
bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan makanan yang
dihubungkan oleh pipa tersebut.
2.2
Anatomi Floem
Pada prinsipnya, floem merupakan jaringan parenkim.Tersusun atas beberapa
tipe sel yang berbeda, yaitu buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan
sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada
batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis
(sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve
tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat
menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan.
Fungsi floem adalah sebagai jaringan translokasi
bahan organik yang terutama berisi karbohidrat. Crafts dan Lorenz (1994) mendapatkan
persentase nitrogen (dalam bentuk protein) sebesar 45%. Sebenarnya gula yang
menjadi linarut terbesar yang ditranslokasikan dalam cairan floem. Diantara
gula ini, sukrosa yang paling banyak jumlahnya. Gula lain seperti gula rafinosa
: glukosa, rafinosa, stakiosa, dan fruktosa juga ada pada gula alcohol:
manitol, sorbitol, galaktitol, serta mio-inositol.
2.3
Mekanisme
Translokasi Hasil Fotosisntesis
Sejak lama para ahli fisiologi tumbuhan bermaksud
mengukur langsung translokasi dalam system pengangkutan dengan cara mengikuti
pergerakan bahan bertanda. Mula – mula menggunakan zat warna : fluoresein
bergerak dengan mudah dalam sel floem dan masih digunakan sebagai perunut yang
efektif. Virus dan herbisida juga pernah digunakan. Penggunakan fosfor, belerang,
klorin, kalsium, stronsium, rubidium, kalium, hydrogen dalam kajian ini, namun
hingga saat ini nuklida radioaktif yang paling penting.
Perunut radioaktif bisa dilacak perjalannya dengan pelacak radiasi yang disentuhkan pada batang atau bagian lain dari tumbuhan.
Perunut radioaktif bisa dilacak perjalannya dengan pelacak radiasi yang disentuhkan pada batang atau bagian lain dari tumbuhan.
Metode lainnya adalah autoradiografi. Tumbuhan
diletakkan bersinggungan dengan sehelai film sinar – X selama beberapa hari
hingga bulan. Kemudian,film tersebut dikembangkan dan ditemui letak
radioaktivitasnya pada tanaman tersebut.
Model E. Munch di Jerman pada tahun 1926 adalah
model pengangkutan floem yang dianut sampai sekarang. Konsepnya yaitu model
aliran – tekanan. Menggunakan dua osmometer. Osmometer yang dilakukan di
laboratorium direndam dalam larutan. Osmometer pertama berisi larutan yang
lebih pekat daripada larutan sekitar, osmometer kedua berisi larutan kurang
pekat dari osmometer pertama dan harus lebih pekat dari medium sekelilingnya.
Osmometer pertama dialokasikan dengan daun (sebagai sumber); sedangkan
osmometer kedua dialokasikan dengan organ-organ penerima (sebagai limbung,
misal buah, jaringan meristem, dan akar). Perbedaan antara model osmometer
dengan pengangkutan floem yang sesungguhnya terletak pada sumber dan
lingbungnya. Pada daun, bahan terlarut yang telah terangkut segera ditambahkan
kembali dari hasil fotosintesis (phloem loading); dan bahan terlarut yang telah
sampai ke limbung akan dikeluarkan dari pembuluh floem (phloem unloading).
Dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau ditimbun di organ penampung, misalnya dalam
bentuk pati atau lemak. Larutan perendam pada osmometer setara dengan bagian
apoplas tanaman, yakni dinding sel dan pembuluh xylem.
Pengangkutan hasil fotosintesis (translokasi)
keseluruh bagian tumbuhan melalui floem merupakan transportasi simplas karena
floem merupakan sel hidup. Bagian floem yang berperan utama dalam pengangkutan
hasil fotosintesis adalah komponen pembuluh tapis yang berupa sel memanjang
berbentuk silindris yang bersatu dibagian ujung membentuk suatu pembuluh. Bukti
hasil fotosintesis diangkut melalui adalah pengelupasan kulit pada cangkok,
penyadapan getah karet getah damar dan nira.
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena energi radiasi, kemudian patahan benang kromosom bergabung kembali dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau bertukar pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang berbeda dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat terjadi baik di dalam satu kromosom (intrachromosome) maupun antar kromosom (interchromosome). Translokasi sering mengarah pada ketidakseimbangan gamet sehingga dapat menyebabkan kemandulan (sterility) karena terbentuknya chromatids dengan duplikasi dan penghapusan. Alhasil, pemasangan dan pemisahan gamet jadi tidak teratur sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya tanaman aneuploidi.
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena energi radiasi, kemudian patahan benang kromosom bergabung kembali dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau bertukar pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang berbeda dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat terjadi baik di dalam satu kromosom (intrachromosome) maupun antar kromosom (interchromosome). Translokasi sering mengarah pada ketidakseimbangan gamet sehingga dapat menyebabkan kemandulan (sterility) karena terbentuknya chromatids dengan duplikasi dan penghapusan. Alhasil, pemasangan dan pemisahan gamet jadi tidak teratur sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya tanaman aneuploidi.
Translokasi dilaporkan telah terjadi pada tanaman
Aegilops umbellulata dan Triticum aestivum yang menghasilkan mutan tanaman
tahan penyakit.
Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara simultan setelah terkena energi radiasi dan segmen yang patah tersebut berotasi 180 o dan menyatu kembali. Kejadian bila centromere berada pada bagian kromosom yang terinversi disebut pericentric , sedangkan bila centromere berada di luar kromosom yang terinversi disebut paracentric . Inversi pericentric berhubungan dengan duplikasi atau penghapusan chromatid yang dapat menyebabkan aborsi gamet atau pengurangan frekuensi rekombinasi gamet. Perubahan ini akan ditandai dengan adanya aborsi tepung sari atau biji tanaman, seperti dilaporkan terjadi pada tanaman jagung dan barley. Inversi dapat terjadi secara spontan atau diinduksi dengan bahan mutagen, dan dilaporkan bahwa sterilitas biji tanaman heterosigot dijumpai lebih rendah pada kejadian inversi daripada translokasi.
Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara simultan setelah terkena energi radiasi dan segmen yang patah tersebut berotasi 180 o dan menyatu kembali. Kejadian bila centromere berada pada bagian kromosom yang terinversi disebut pericentric , sedangkan bila centromere berada di luar kromosom yang terinversi disebut paracentric . Inversi pericentric berhubungan dengan duplikasi atau penghapusan chromatid yang dapat menyebabkan aborsi gamet atau pengurangan frekuensi rekombinasi gamet. Perubahan ini akan ditandai dengan adanya aborsi tepung sari atau biji tanaman, seperti dilaporkan terjadi pada tanaman jagung dan barley. Inversi dapat terjadi secara spontan atau diinduksi dengan bahan mutagen, dan dilaporkan bahwa sterilitas biji tanaman heterosigot dijumpai lebih rendah pada kejadian inversi daripada translokasi.
Mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis (
translokasi ) pada floem antara lain sebagai berikut :
·
teori aliran sitoplasma
Translokasi dapat terjadi karena adanya aliran
sitoplasma di dalam sel-sel melalui plasmodesmata. Adanya plasmodesmata
memungkinkan pengangkutan hasil fotosintesis secara difusi dari satu sel ke sel
lain.
·
Teori aliran massa (tekanan ) oleh Erns
Munch, 1930
Translokasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmosis yang terjadi didalam pembuluh floem antar organ yaitu daun, batang dan akar. Peningkatan kadar gula didalam floem daun akan meningkatkan tekanan osmosis daun, sehingga larutan (hasil fotosintesis) akan mengalir dari daun menuju ke akar.
Translokasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmosis yang terjadi didalam pembuluh floem antar organ yaitu daun, batang dan akar. Peningkatan kadar gula didalam floem daun akan meningkatkan tekanan osmosis daun, sehingga larutan (hasil fotosintesis) akan mengalir dari daun menuju ke akar.
2.4
Proses Phloem Loading dan Unloading (Pengisian Floem)
Proses peningkatan konsentrasi gula pada sel-sel
floem yang berada dekat dengan sel-sel fotosintetik pada daun disebut proses
pengisian floem (phloem loading). Berdasarkan pengukuran pada berbagai spesies,
terlihat bahwa potensi osmotik sel-sel mesofil (sekitar -0,8 MPa sampai -1,8
MPa) lebih tinggi dibanding pada pembuluh floem (antara -2,0 MPa sampai -3,0
MPa). Karena bahan terlarut (sukrosa) pada pembuluh floem lebih tinggi
dibanding pada sel-sel mesofil.
Serapan sukrosa oleh sel peneman floem ini yang
dikarenakan oleh sel peneman ini lebih besar dan lebih aktif dibandingkan
sel-sel lain pada jaringan floem dan juga adanya penumbuhan ke dalam (ingrowth)
yang menyebabkan luas permukaan membran sel ini menjadi 3 kali lebih luas.
Menyebabkan potensi osmotic sitoplasma sel ini menjadi turun (lebih negatif)
dan ini akan merangsang air untuk masuksecara osmosis kedalam sel ini dari
sel-sel mesofil disekitarnya. Sebagai akibatnya tekanan internal pada sel
peneman akan meningkat dan mengakibatkan sukrosa bergerak masuk ke pembuluh
floem secara simplastik melalui plasmodesmata. Masuknya larutan yang mengandung
sukrosa ke pembuluh floem dari sel-sel peneman ini yang mengakibatkan tekanan
internal pada pembuluh floem pada daun lebih tinggi, yang kemudian menjadi
faktor pendorong dari aliran larutan floem, berarti pengangkutan
senyawa-senyawa yang terlarut didalamnya.
Proses pengisian floem ini bersifat selektif. Jenis
material yang di translokasi seperti gula rafinosa : glukosa, rafinosa, dan
stakiosa juga ada pada gula alcohol: manitol, sorbitol, galaktitol, serta
mio-inositol. Fruktosa jarang diangkut kedalam pembuluh floem. Demikian juga
dengan asam amino dan mineral.sifat selektif ini memperkuat argumentasi bahwa
senyawa – senyawa yang akan dimuat kedalam pembuluh floem diserap dari apoplas
oleh sel – sel peneman floem. Sifat selektif ini berkaitan dengan peranan
senyawa pembawa pada membran, yang menyangkut pada senyawa – senyawa tertentu.
Kompetisi antara organ atau jaringan limbung
ditentukan oleh laju pengeluaran bahan dari pembuluh floem (phloem unloading).
Limbung yang dapat memanfaatkan hasil terlarut (sukrosa) dari pembuluh floem
dan akan berpeluang besar untuk memperoleh lebih banyak lagi bahan terlarut
dari organ sumber. Hal ini disebabkan sukrosa diserap sel – sel organ limbung
dari pembuluh floem, maka potensi air sel – sel limbung tersebut turun.
Mengakibatkan air akan bergerak keluar dari pembuluh floem dan tekanan internal
pembuluh floem pada organ atau jaringan limbung akan turun. Hal ini akan lebih
memacu laju pengangkutan dari sumber ke limbung karena perbedaan tekanan
internal yang lebih besar antara kedua ujung pembuluh floem tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya yaitu :
1.
Translokasi merupakan pemindahan hasil
fotosintesis dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan
yang memerlukannya.
2.
Jaringan pembuluh yang bertugas
mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem
(pembuluh tapis). Tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda, yaitu
buluh tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
3. Zat organik hasil fotosintesis yang dibentuk di dalam
daun akan diangkut keseluruh bagian yang memerlukan
diuraikan oleh enzim menjadi
zat yang dapat larut dan dapat keluar dari sel sampai ujung pembuluh tapis
(floem) pembuluh tapis kebagian tubuh yang memerlukan disertai translokasi.
4. Proses
peningkatan konsentrasi gula pada sel-sel floem yang berada dekat dengan
sel-sel fotosintetik pada daun disebut proses pengisian floem (phloem loading).
23.05 | Label: Fisiologi Tumbuhan (Fistum) | 4 Comments
Langganan:
Postingan (Atom)
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Diberdayakan oleh Blogger.